Infeksi menular seksual merupakan gangguan akibat bakteri atau virus. Pengidapnya akan mengalami rasa tidak nyaman pada bagian intim. Meski begitu, pada beberapa jenis penyakit ini umumnya tidak selalu menimbulkan gejala tertentu. Oleh karena itulah, seseorang dapat tertular penyakit ini dari seseorang yang tampak sehat dan tidak terlihat jika ia telah terinfeksi.
Cara Infeksi Menular Seksual Menyebar
Pada umumnya, gangguan pada organ intim ini menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi. Misalnya, sebagai contoh adalah darah, cairan vagina, atau air mani. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui kontak dengan kulit atau selaput lendir yang telah terinfeksi, misalnya luka pada mulut. Paparan semua penyebab tersebut dapat terjadi saat melakukan hubungan intim melalui Miss V, anal, hingga oral.
Selain melalui hubungan intim, seseorang juga dapat terinfeksi saat berbagi jarum suntik yang umumnya pada pengguna narkoba. Penyakit ini juga bisa menyebar saat kutu dan kudis yang terjadi pada organ intim menyebar melalui kontak pribadi. Misalnya saja dengan cara berbagi alat pribadi, seperti pakaian, seprai, hingga handuk.
Oleh sebab itu, kamu juga harus tahu beberapa risiko yang dapat menyebabkan seseorang berisiko tinggi untuk mengidap infeksi menular seksual. Hal tersebut, antara lain memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau kerap berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Pentingnya Pendidikan Seks
Bahasan terkait kesehatan reproduksi seksual kerap masih dianggap tabu dan tak layak untuk membicarakannya apalagi terhadap anak usia remaja, padahal informasi ini sangat penting. Padahal edukasi seksual pada anak remaja sangat penting untuk menjaga remaja dari kehamilan yang tidak diinginkan serta pencegahan penularan infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS.
Baca Juga: Ciri-Ciri HIV dan Cara Mendiagnosisnya
Jumlah remaja yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Kementerian Kesehatan mencatat angka infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25-49 tahun. Kemudian setelahnya adalah kelompok usia 20-24 tahun. Fakta ini menjadikan pendidikan seksual termasuk mengenai risiko penularan infeksi menular seksual sangat penting untuk memulainya sejak usia anak dan remaja.
Lebih lanjut, data Kemenkes dan KPAI mencatat ada 62% remaja telah melakukan hubungan seks luar nikah. Fakta lainnya, 20% perempuan hamil luar nikah berasal dari usia remaja. Ada 21% di antaranya pernah melakukan aborsi.
Nah, melalui data-data tersebut, kebutuhan akan edukasi terkait kesehatan alat reproduksi menjadi penting. Sebab edukasi seks dapat memainkan peran penting dalam persiapan anak remaja untuk kehidupan aman, produktif, terhindar dari penyakit menular seksual (IMS), kehamilan luar nikah, dan kekerasan berbasis gender.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan pendidikan seksual agar dirancang dapat membantu siswa memahami aspek seksualitas dan kesehatan reproduksi. Materi pendidikan juga diharapkan berisi soal menghormati batasan orang lain, etika hubungan remaja atau etika pacaran, hingga penggunaan media sosial.
Fokus pendidikan seksual ini untuk memberdayakan dan mempersiapkan anak dan remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan mampu membangun hubungan yang sehat.
Dengan tidak mengajari anak perihal kesehatan reproduksi bukan berarti menjauhkan anak dari perilaku seks yang berisiko. WHO menyarankan agar panduan pendidikan seksual di sekolah menengah harus membantu remaja untuk memahami argumen kenapa ada aktivitas seksual dan bagaimana konsekuensinya.
Baca Juga: AIDS, Fase Paling Parah Dari Infeksi HIV, Begini Pemeriksaannya