Penularan infeksi HIV di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya dan hal ini harus diwaspadai. Kementerian Kesehatan RI melaporkan hingga Juni 2022, ada 522.674 kasus HIV yang tercatat di Indonesia. DKI Jakarta menjadi provinsi kasus terbanyak dengan nyaris 100 ribu kasus. Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Data per Juni tahun 2019, jumlah penderita di Indonesia sebanyak 349.883. Sementara itu, berdasarkan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI pada, 29 Mei 2020, Triwulan I Tahun 2020 jumlah kasus secara nasional sebanyak 388.724. Kemudian, secara akumulatif, menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah orang dengan HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 mencapai 427.201 orang. Berarti, dalam kasus ini ada peningkatan pada jumlah penderita HIV.
Apa Itu HIV?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sementara itu, HIV yang sudah memasuki tahap infeksi akhir adalah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan virus ini dan tidak ada obat yang efektif. Jadi, sekalinya mengidap virus ini, maka akan memilikinya seumur hidup. Kendati demikian, dengan perawatan medis yang tepat, kondisi ini dapat dikendalikan. Penderita yang mendapatkan pengobatan yang efektif dapat hidup lama, hidup sehat dan melindungi pasangannya.
Bagaimana Penularan HIV Terjadi?
Angka kematian akibat penyakit ini masih cukup tinggi. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan HIV hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu. Cairan tubuh tersebut antara lain darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI.
Namun, agar virus ini dapat berpindah dari orang yang terinfeksi, cairan tersebut haruslah masuk ke dalam tubuh orang yang sehat melalui jalur berikut. Berikut beberapa faktor risiko penularan HIV, antara lain:
- Melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.
- Sering membuat tato atau melakukan tindik.
- Terinfeksi penyakit seksual lain.
- Pengguna narkotika suntik.
- Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.
Di Indonesia penularan penyakit ini paling banyak melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi virus ini dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi penyakit ini.
Mitos Penularan HIV
Selama ini, banyak mitos terkait cara penularan virus ini yang banyak orang percaya, padahal tidak terbukti kebenarannya. Faktanya, virus ini tidak dapat menular melalui cara berikut:
- Gigitan hewan, seperti gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.
- Interaksi fisik antarmanusia yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, seperti bersentuhan, berpelukan, berjabat tangan, cipika-cipiki, atau tidur satu ranjang tanpa adanya aktivitas seksual.
- Berbagi alat makan dan saling pinjam pakaian atau handuk dengan pengidap HIV.
- Menggunakan kamar mandi/toilet yang sama.
- Berenang di kolam renang umum bersama pengidap HIV.
- Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang yang positif HIV.
- Aktivitas seksual yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya ciuman bibir dan petting (menggesekkan alat kelamin) dengan masih saling berpakaian lengkap.
Air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan virus yang ideal. Hal ini karena cairan-cairan tersebut tidak mengandung jumlah virus aktif yang cukup banyak untuk bisa menularkan infeksi ke orang lain.