Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis dapat menyebar melalui kontak langsung dengan luka sifilis saat berhubungan seksual (vaginal, anal, atau oral) dan juga bisa ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, yang disebut sifilis kongenital. Penyakit ini berkembang melalui beberapa tahap, masing-masing dengan gejala yang berbeda, dan dapat berlangsung bertahun-tahun jika tidak diobati.
Tahapan Sifilis:
1. Sifilis Primer:
– Gejala awal biasanya muncul sekitar 3 minggu setelah terpapar bakteri, meskipun bisa berkisar antara 10 hingga 90 hari.
– **Gejala utama**: Luka yang tidak sakit (disebut chancre) muncul di area di mana bakteri masuk ke tubuh, biasanya di alat kelamin, anus, atau mulut. Luka ini mungkin tampak kecil, tetapi sangat menular.
– Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam 3-6 minggu, tetapi bakteri tetap ada di tubuh dan penyakit akan terus berkembang jika tidak diobati.
2. Sifilis Sekunder:
– Setelah luka sembuh, sifilis masuk ke tahap sekunder, yang terjadi beberapa minggu hingga bulan setelah infeksi primer.
– Gejala utama: Ruam kulit (sering muncul di telapak tangan atau kaki), demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, dan kelelahan.
– Gejala-gejala ini bisa hilang tanpa pengobatan, tetapi penyakit tetap aktif.
3. Sifilis Laten:
– Jika tidak diobati, sifilis memasuki tahap laten (tersembunyi), di mana tidak ada gejala yang tampak.
– Tahap ini dapat berlangsung bertahun-tahun, dan meskipun tidak ada gejala, infeksi tetap aktif di dalam tubuh dan berpotensi menular pada tahap awal laten.
4. Sifilis Tersier:
– Tahap ini terjadi bertahun-tahun setelah infeksi awal jika tidak diobati. Ini adalah bentuk sifilis yang paling parah dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh.
– Gejala utama: Kerusakan pada jantung, otak, saraf, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. Komplikasi serius termasuk kebutaan, kelumpuhan, gangguan mental, dan bahkan kematian.
5. Neurosifilis dan Sifilis Okular:
– Pada setiap tahap, sifilis dapat menyerang sistem saraf pusat (neurosifilis) atau mata (sifilis okular). Gejala neurosifilis termasuk sakit kepala, perubahan mental, dan masalah koordinasi. Sifilis okular dapat menyebabkan penglihatan kabur dan kebutaan.
baca : Mengenal penyakit peyronie
Sifilis Kongenital:
– Sifilis bisa ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayi selama kehamilan. Jika tidak diobati, bisa menyebabkan keguguran, lahir mati, atau masalah kesehatan serius pada bayi, seperti kerusakan organ, keterlambatan perkembangan, atau bahkan kematian.
Diagnosis Sifilis:
– Sifilis didiagnosis melalui tes darah atau pemeriksaan cairan luka jika luka sifilis masih ada. Pemeriksaan darah dapat mengidentifikasi antibodi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap bakteri.
Pengobatan Sifilis:
– Sifilis dapat diobati dengan antibiotik, biasanya **penisilin**, yang sangat efektif pada semua tahap penyakit. Pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
– Pada sifilis primer, sekunder, atau laten dini, suntikan tunggal penisilin biasanya cukup. Pada tahap lanjut, pengobatan mungkin memerlukan beberapa suntikan atau perawatan lebih lama.
Pencegahan Sifilis:
– Hubungan seksual aman: Menggunakan kondom dan melakukan hubungan seksual yang aman dapat mengurangi risiko penularan sifilis.
– Pemeriksaan rutin: Bagi mereka yang berisiko tinggi (misalnya, dengan banyak pasangan seksual), melakukan tes penyakit menular seksual secara berkala penting untuk deteksi dini.
– Perawatan selama kehamilan: Ibu hamil harus menjalani tes sifilis untuk mencegah penularan ke bayi.
Kesimpulan:
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang berbahaya, tetapi sangat bisa diobati jika didiagnosis dan ditangani lebih awal. Penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang mencurigakan atau berisiko terkena infeksi, serta mengikuti pengobatan yang diberikan untuk mencegah komplikasi serius.
Baca : Sunat homecare